Suatu proyek kerjasama dengan ICCO, Belanda yang dilaksanakan di
kecamatan Kubu, Karangasem dan kepulauan Nusa Penida, Propinsi Bali.
Daerah-daerah ini merupakan kecamatan-kecamatan paling miskin di Bali.
Penduduk di kecamatan ini hidup di bawah garis kemiskinan.
Kemiskinan,
antara lain, seringkali menjadi pemicu ketegangan dan konflik antar
agama dan etnis, dan kekerasan terhadap wanita. Meskipun termasuk
propinsi Bali, tetapi segi ekonominya tidak sebanding dengan
kecamatan-kecamatan lain di Bali. Status proyek yang akan dilaksanakan
di Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem merupakan proyek baru, dan bukan
perpanjangan dari proyek yang sudah ada sebelumnya. Sementara proyek
yang akan dilaksanakan di Nusa Penida merupakan proyek yang sudah ada
sebelumnya untuk tahap konsolidasi intervensi.
Pembangunan di Bali telah dipengaruhi secara positif dari lokasinya
yang dekat dengan pulau Jawa, yang merupakan pusat ekonomi dan politik
Indonesia. Selain itu juga perlu ditambahkan potensi keunikan Bali
sebagai daerah wisata dan lokasi strategisnya bagi pembangunan Indonesia
bagian Timur. Selama ini, Bali dapat dilihat sebagai suatu kepulauan
yang damai dan harmonis di dalam suasana huru hara politik dan ekonomi
Indonesia.
Namun, banyak hal yang berubah dan sejauh ini tidak
setiap kecamatan mendapatkan manfaat dari pembangunan umum Pulau. Bukan
hanya tragedi 11 September 2001 saja yang berbuntut dengan sangat
terpengaruhinya sector kepariwisataan dan mengakibatkan pengurangan
drastis jumlah pengunjung setelah ledakan bom pertama dan kedua. Bali
juga membayar dengan harga tinggi untuk peningkatan kemakmurannya.
Potensi ekonominya yang luar biasa telah menarik banyak pencari kerja
dan investor dari luar Bali karena adanya krisis dan ketidakpastian
(tidak terjaminnya) keadaan politik di Jawa. Pengaruh para tunakarya
atau pencari kerja dari luar Bali, para wirausahawan dan modal dari luar
Bali sangat berpengaruh dalam pengambilalihan penguasaan ekonomi
orang-orang Bali. Krisis ekonomi di Indonesia selanjutnya mengakibatkan
migrasi besar-besaran orang-orang Jawa miskin dan tidak mempunyai
pekerjaan, selain terjadinya tekanan pada pasar tenaga kerja dan
peningkatan kondisi yang tidak aman.
Indonesia memiliki tradisi
rencana-rencana pembangunan yang telah tertata baik yang dirumuskan pada
tingkat nasional, propinsi dan kecamatan. Rencana-rencana ini
dilaksanakan oleh sejumlah departemen penting pemerintah. Kualitas
departemen-departemen ini sangat berbeda-beda. Pada umumnya, memiliki
kualitas rendah di daerah-daerah Indonesia yang lebih terpencil, karena
kurangnya sumber daya manusia yang memenuhi syarat. Kurangnya motifasi
dan banyaknya tingkat korupsi juga menurunkan kinerja mereka lebih jauh,
seperti yang terjadi pada dampak krisis ekonomi dan keuangan tahun 1997
(dan selanjutnya krisis politik) yang masih bisa dirasakan sampai
sekarang.
Kemiskinan, antara lain, seringkali memicu ketegangan
dan konflik antar agama dan suku, dan kekerasan terhadap wanita dalam
rumah tangga.
Proyek akan dilaksanakan di kecamatan-kecamatan paling miskin di Bali bagian timur.
Lebih
khususnya, proyek akan dilaksanakan di kecamatan Kubu, Kabupaten
Karangasem, yang terletak di bagian timur pulau Bali, dan di Kepulauan
Nusa Penida. Penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Kedua
kecamatan tersebut memiliki ciri iklim yang hampir sama.
Keadaan-keadaan iklim dan topografi di kecamatan-kecamatan itu sangat
kering (curah hujan hanya terjadi selama 42 hari; musim kering selama
enam bulan) dan daerahnya tidak subur, berbukit-bukit juga terjadi
kerusakan tanah yang telah menyebar luas karena pembudidayaan intensif
dan buruknya praktek-praktek pertanian. Air sangat jarang di musim
kering.
Layanan kemasyarakatan (pendidikan, kesehatan, air
minum) berkualitas rendah dan dalam beberapa hal bahkan masih belum
tersedia. Di tingkat kecamatan misalnya, tidak ada layanan rumah sakit,
dan tenaga dokter yang dapat melayani warga juga terbatas. Hampir 70 %
penduduknya buta huruf atau hanya tamat sekolah dasar. Wanita kurang
mendapatkan pendidikan dibanding pria.
Keadaan geografis yang kering dan tidak subur di Kecamatan Kubu,
Kabupaten Karangasem, Bali, dan rendahnya tingkat pendidikan, dan juga
kurangnya sektor lapangan kerja telah menyebarkan kemiskinan di daerah
tersebut. Rendahnya tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki juga
menyebabkan orang kurang bisa bersaing untuk memperoleh pekerjaan di
luar daerah. Kondisi ini diperparah dengan lokasi beberapa desa yang
terisolir yang menyebabkan kurangnya pemenuhan berbagai kebutuhan dasar,
seperti air bersih, makanan sehat dan pendidikan yang memadai.
Kehidupan
utama masyarakat Kubu, Karangasem utamanya adalah pertanian dan
peternakan. Mereka biasanya menanam tanaman-tanaman musiman, seperti
kacang-kacangan, ketela, jagung, dll. untuk pertanian mereka. Hasil
panen tanaman-tanaman ini tidak optimal karena keadaan geografi yang
kering, berbatu dengan tanah berpasir dan kurangnya pasokan air,
utamanya di musim kering. Di sektor peternakan, masyarakat beternak
ayam, sapi, kambing dan babi dalam skala kecil. Selain itu, masyarakat
juga membuat gula nira & tuak (nira yang difermentasi). Masyarakat
seringkali menjual ternak mereka setiap tahun untuk membayar pajak dan
memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Ketergantungan mereka pada
sektor ini menyebabkan pendapatan yang relatif lebih rendah. Hal ini
mempengaruhi pembangunan rumah yang tidak memadai, tidak ada kesadaran
kesehatan diri dan lingkungan, serta biaya pendidikan yang tidak bisa
terjangkau.
Kabupaten Karangasem adalah satu-satunya kabupaten
di Bali yang termasuk kabupaten yang belum berkembang atau miskin. Salah
satu kecamatan yang terletak di daerah tepi pantai dan termasuk sebagai
daerah miskin adalah Kecamatan Kubu. Kecamatan Kubu menempati wilayah
seluas 234.72 km2, terbagi dalam 9 desa, yaitu Desa Ban, Dukuh, Kubu,
Tulamben, Baturinggit, Sukadana, Tianyar Timur, Tianyar Tengah dan
Tianyar Barat. Dari ke 9 desa tersebut, 7 diantaranya (kecuali Ban dan
Dukuh) merupakan daerah pesisir pantai yang panjangnya kurang lebih
sekitar 24,4 km. Total penduduk di Kecamatan Kubu tercatat 67.559 jiwa,
yaitu 33.731 pria dan 33.828 wanita. Sesuai data pemerintah, dari
seluruh jumlah penduduk tersebut, di Kecamatan Kubu terdapat sejumlah
Rumah Tangga Miskin (RTM) yaitu sebanyak 7.833 Kepala Keluarga, atau
27.762 jiwa. Total RTM di Kecamatan Karangasem bila dilihat dari tingkat
pendidikan tertinggi kepala keluarganya adalah SD/MI (Sekolah Dasar),
dan Kecamatan Kubu menempati peringkat tertinggi, yaitu sebanyak 7.646
RTM (20,71%). Lebih jauh lagi, masih ada kemungkinan bahwa angka RTM
aktual lebih tinggi dari 20,71% karena pemerintah daerah cenderung
menurunkan angka kemiskinan daerah dan menaikkan angka kemakmuran.
Keduanya,
baik Kecamatan Kubu mau pun Nusa Penida termasuk dalam wilayah
administrasi Propinsi Bali, tetapi sangat jauh tertinggal di bidang
pembangunan. Wilayah ini tidak memiliki kekayaan ekologi seperti
kebanyakan kecamatan di tanah Bali dan, oleh karenanya, tidak
mendapatkan keuntungan dari perkembangan kepariwisataan di pulau utama.
Berbeda dari kecamatan-kecamatan lain di Bali, Kecamatan Kubu dan Nusa
Penida merupakan daerah kering (curah hujan hanya terjadi selama 42
hari; musim kering selama enam bulan) dan tidak subur. Nusa Penida
merupakan daerah yang berbukit-bukit yang tidak memungkinkan adanya
pembangunan irigasi dan telah terjadi kerusakan tanah karena
pembudidayaan intensif dan buruknya praktek-praktek pertanian. Tidak ada
irigasi, dan air sangat jarang di musim kering. Kurangnya sudut pandang
ekonomi mengakibatkan banyaknya kejadian migrasi ke Bali dan ke
pulau-pulau lain di Indonesia.
Kesempatan-kesempatan pilihan
untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di daerah-daerah yang tidak
subur dan pesisir pantai adalah:
(1) Memperbaiki pemrosesan
produk pertanian dan juga pembuatan gula nira dan tuak (nira yang
difermentasi), yang saat ini dihasilkan oleh masyarakat setempat.
Kesempatan-kesempatan pasar prospektif lainnya dari pemrosesan produk
pertanian adalah kacang, kacang mete, dan juga produksi daun lontar
(palmyra palm) sebagai bahan baku pembuatan kerajinan tangan dan
kertas;
(2) Memperbaiki pentingnya kesempatan usaha tanaman
tunai (sayur mayur, mangga, jeruk, buah-buahan lain, kelapa, kemiri,
kacang mede) dan tanaman-tanaman yang memiliki kesempatan pangsa pasar
bagus, seperti sayur mayur, buah-buahan;
(3) Mengembangkan potensi
pembiakan ternak dan babi di tanah-daerah yang tidak subur, baik di
tanah berbukit - dan di daerah-daerah pesisir pantai, asal disertai
dengan pengembangan produksi pakan ternak yang memenuhi syarat untuk
mendukung kegiatan-kegiatan tersebut;
(4) Mengembangkan peran
penting wanita di sektor-sektor industri rumah tangga dan kerajinan
tangan. Kegiatan-kegiatan wanita di daerah yang tidak subur dan
daerah-daerah pesisir pantai yang tidak secara langsung berhubungan
dengan kepemilikan tanah dapat dikembangkan untuk meningkatkan
sumber-sumber pendapatan mereka. (1) salah satu sektor kerajinan tangan,
misalnya, kain tenun tangan tradisional dapat dikembangkan melalui
kelompok-kelompok pengrajin wanita. Makin banyak dan bagus bahan baku
yang dibeli untuk para anggota kelompok, maka harga bahan bakunya akan
lebih murah dan lebih efektif bila dibanding membeli secara perorangan
dalam jumlah kecil. Rancangan tenunan bisa lebih sangat dikembangkan
untuk memenuhi tren pasar, alokasi produk (souvenir, barang-barang
fungsional, aksesoris), dan lokasi yang sesuai (perumah tangga,
perkantoran, hotel, toko). Perbaikan kontrol kualitas agar produk-produk
memiliki daya saing juga harus dilaksanakan. (2) industri-industri
rumah tangga lain yang prospektif yang merupakan kesempatan-kesempatan
bisnis dikembangkan di daerah yang tidak subur dan daerah-daerah pesisir
pantai untuk meningkatkan pendapatan wanita dan peran-peran mereka di
sektor ekonomi, yaitu pemrosesan produk laut dan pembuatan garam.
Mengingat
permasalahan-permasalahan tersebut di atas, proyek di Kecamatan Kubu,
Kabupaten Karangasem dan Pulau Nusa Penida akan berfokus pada:
Orang perorangan atau kelompok-kelompok masyarakat miskin dengan
latar belakang yang berpotensi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
pembangunan ekonomi berbasis komunitas di daerah-daerah pedesaan, yang
memiliki pendapatan di bawah angka minimum daerah, dan yang secara
berkala menghadapi kesulitan-kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar mereka. Minat dasar mereka adalah untuk
mencapai standar hidup layak melalui pemenuhan layanan-layanan dasar dan
pemanfaatan sumber daya alam yang sudah ada dengan cara yang lebih
baik. Kelompok-kelompok yang akan dilibatkan dalam proyek ini adalah:
para petani, nelayan dan wanita. Sesuai minat para anggota mereka,
kelompok-kelompok tersebut dapat bekerja seperti bentuk pra-koperasi
dengan status yang bisa berubah di kemudian hari menjadi bentuk koperasi
yang sesungguhnya. Intervensi pengembangan Usaha-Usaha Kecil (UKK) atau
intervensi kewirausahaan akan diterapkan untuk melatih dan membiasakan
masyarakat menjalankan bisnis mereka. Paling sedikit 90 % dari para
penerima manfaat proyek dipilih dari mereka yang berpendapatan di bawah
rata-rata pendapatan propinsi pada saat awal pelaksanaan proyek, dan
paling sedikit 40 % diantaranya adalah wanita.
Sekitar 900
penerima manfaat proyek (pria dan wanita) akan secara langsung
dilibatkan di dalam proyek. Para penerima manfaat akan diatur dalam
kelompok-kelompok swabantu di daerah-daerah pedesaan, yaitu : para
petani, nelayan, pedagang dan pengrajin.
Para penerima manfaat proyek akan dilibatkan di hampir seluruh tahapan proyek:
� perencanaan dan perancangan proyek.
� Permulaan proyek.
� Fase penerapan
� Pengawasan dan evaluasi
Proyek ingin memberikan kontribusi kepada tujuan-tujuan berikut (tujuan-tujuan keseluruhan):
� Peningkatan pendapatan kelompok-kelompok target;
� Peningkatan peran wanita dalam kegiatan-kegiatan ekonomi;
�
Perbaikan posisi sosial ekonomi kelompok-kelompok targetnya dan oleh
karena itu, berupa pengurangan ketidakseimbangan ekonomi suatu daerah
dan antar daerah ;
� Peningkatan penghargaan kesempatan-kesempatan ketenagakerjaan;
�
Penciptaan dan penguatan organisasi-organisasi kelompok target otonom
yang dapat meningkatkan dan membela hak-hak para anggota mereka secara
efektif dan untuk mengekalkan momentum pembangunan yang telah diciptakan
proyek;
� Menciptakan dan melindungi lingkungan dengan cara yang
lebih baik yang dapat mendukung pembangunan yang berkelanjutan melalui
kegiatan-kegiatan pertanian dan usaha-usaha mikro /kecil.
Pendekatan proyek dimulai dari dasar-dasar kemitraan dan inisiatif
sendiri dan pemakaian pendekatan interaktif. Para pihak yang
berkepentingan harus menghubungi proyek terlebih dahulu. Pendekatan
proyek berfokus pertama kali pada pembentukan kelompok. Di daerah-daerah
dengan tingkat pembangunan rendah, kelompok-kelompok ini dianggap
sebagai media yang paling sesuai untuk mengenalkan perubahan. Pelatihan
dan peningkatan kesadaran intensif membuat para anggota kelompok dapat
menganalisa keadaan mereka, mendeteksi kelemahan-kelemahan mereka
sendiri dan melakukan serta menentukan tindakan yang berpotensi untuk
mencapai perbaikan. Kursus-kursus pelatihan teknis menambah keahlian
mereka. Kelompok-kelompok ini kemudian secara intesif ditindaklanjuti;
kemajuan dan hambatan-hambatan mereka dipantau dan dicari cara untuk
melakukan tindakan-tindakan perbaikannya. Pihak-pihak lain (dinas
pemerintah, universitas-universitas, sektor swasta dll.) diikutsertakan
dalam proses, bila perlu. Proyek akan secara keseluruhan dilaksanakan
oleh staf daerah. Kebanyakan dari mereka akan membagi pengalaman luas
mereka di bidang-bidang ini, antara lain melalui pelaksanaan
proyek-proyek sebelumnya.
Selanjutnya kami menyajikan
kegiatan-kegiatan utama proyek, memberikan beberapa rincian teknis pada
beberapa kegiatan terpilih dan memberikan beberapa petunjuk untuk
rangkaian penerapan kegiatan-kegiatan tersebut.
Kegiatan-kegiatan kunci pusat proyek sebelummya adalah sekitar pembangunan kapasitas kelompok target dengan berbagai cara. Kegiatan-kegiatan utama dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian individu mau pun kelompok sehingga mereka bisa lebih siap mempertahankan kepentingan mereka dalam lingkungan kompetisi yang meningkat. Pembangunan kapasitas tercapai melalui kegiatan-kegiatan pelatihan yang dikembangkan dengan baik dan konsultasi, panduan dan pengawasan lapangan berkala Kunjungan-kunjungan pertukaran dan pelatihan kepemimpinan akan memperkuat lebih jauh proses ini. Sejalan dengan rekomendasi beberapa evaluasi yang dilakukan baru-baru ini, proyek akan menggunakan suatu pendekatan yang melampaui tingkat fungsional dan akan mendukung kelompok-kelompok untuk melakukan peran yang lebih luas sebagai lembaga-lembaga pembangunan tingkat desa.
Pelatihan kegiatan-kegiatan baik untuk wirausahawan perorangan maupun para anggota kelompok-kelompok swabantu sangat penting untuk keberhasilan proyek. Pendekatan dan tindak lanjut pelatihan akan diuraikan secara mendetail pada poin-poin selanjutnya berikut ini. Kursus-kursus pelatihan yang akan diadakan adalah:
Kursus-kursus pelatihan banyak yang akan disediakan oleh para
staf DPF yang telah berpengalaman menangani hal ini; mereka akan
dilengkapi dengan para personil sumber daya eksternal (misalnya para
pengusaha) yang bisa membagikan pengalaman mereka yang belum bisa
diberikan oleh staff DPF. Seminar pelatihan internal akan dilaksanakan
oleh para trainer eksternal.
Kegiatan-kegiatan teknis di Kecamatan Kubu:
Kegiatan-kegiatan teknis di Pulau Nusa Penida: